”Berbeda beda tetapi tetap satu jua,  itulah Indonesia”. Kata kata itu pasti sangat dekat di pikiran anda?  Kalau kita membuka buku ragam budaya di tanah air, tentunya kita akan  mengetahui bahwa negara Indonesia terdiri dari banyak suku dan budaya,  salah satunya adalah Suku Asmat, suku yang mendiami wilayah timur  indonesia (papua). Mari kita tengok lebih dalam tentang suku asmat.
Suku asmat merupakan sebuah suku dengan  berjuta juta keunikan, serta menyimpan banyak potensi wisata. Suku ini  sangat dikenal dengan hasil karya seni ukirnya. Anda sebagai pecinta  wisata budaya pasti kenal dengan patung asmat? Sebuah karya yang sangat  fenomenal. Suku asmat, terdiri dari 2 kelompok yaitu asmat pesisi dan  asmat pedalaman. Keduanya sangat berbeda dalam hal dialek, cara hidup  ataupun budayanya; tetapi ada kesamaan yaitu sangat menarik untuk  dijadikan tujuan wisata budaya. Asmat pesisir terbagi lagi menjadi dua  yaitu bisman dan simai.

Kurang lebih ada sekitar 100 – 1000  tinggal disatu kampung. Setiap kampung asmat terdapat satu ‘rumah  bujang’ dan banyak rumah keluarga. Rumah bujang merupakan rumah untuk  acara keagamaan dan adat, sedangkan rumah keluarga merupakan tempat  tinggal untuk 2 atat 3 keluarga.
Bagaimana? Anda tertarik untuk berwisata seni ukir dan budaya ke asmat? Nah tentukan segera!
Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua. Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang unik. Populasi suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman. Kedua populasi ini saling berbeda satu sama lain dalam hal dialek, cara hidup, struktur sosial dan ritual. Populasi pesisir pantai selanjutnya terbagi ke dalam dua bagian yaitu suku Bisman yang berada di antara sungai Sinesty dan sungai Nin serta suku Simai.Ada banyak pertentangan di antara desa berbeda Asmat. Yang paling mengerikan adalah cara yang dipakai Suku Asmat untuk membunuh musuhnya. Ketika musuh dibunuh, mayatnya dibawa ke kampung, kemudian dipotong dan dibagikan kepada seluruh penduduk untuk dimakan bersama. Mereka menyanyikan lagu kematian dan memenggalkan kepalanya. Otaknya dibungkus daun sago yang dipanggang dan dimakan.
Sekarang biasanya, kira-kira 100 sampai 1000 orang hidup di satu kampung. Setiap kampung punya satu rumah Bujang dan banyak rumah keluarga. Rumah Bujang dipakai untuk upacara adat dan upacara keagamaan. Rumah keluarga dihuni oleh dua sampai tiga keluarga, yang mempunyai kamar mandi dan dapur sendiri. Hari ini, ada kira-kira 70.000 orang Asmat hidup di Indonesia. Mayoritas anak-anak Asmat sedang bersekolah.


 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar